Senin, 25 Januari 2010

Meisin: Aku Tak Mau Mengeluh


Lembayung belum tampakkan warnanya, dikala kokok ayam mulai bersahutan menyambut jendela pagi… Sajadah panjang baru saja dilipatnya usai tunaikan kewajiban setiap hamba. “Pak, bawangnya mana? biar aku iris dulu,” suaranya terdengar parau. Tangannya sigap menyiapkan mangkok, kecap dan beberapa keperluan lainnya untuk disusun ke gerobak mie ayam.

Pagi, dikala kebanyakan anak sibuk untuk mempersiapkan diri ke sekolah, namun tidak bagi Meisin Aprilia, yang akrab di sapa Meisin ini, setiap pagi ia terbiasa membantu sang ayah menyiapkan dagangan mie ayam di pasar Jambul. “Udah biasa ka, memang sengaja aku milih sekolah yang siang, biar paginya bisa bantu-bantu bapak nyiapin dagangan, kasihan bapak kalo sendirian, pasti repot,” ujarnya.

Sosoknya terlihat dewasa dari sikapnya yang lembut, walau usianya masih 18 tahun. Kini ia duduk di kelas tiga SMK, yang terletak di kawasan Halim, Jakarta Timur. “Sebentar lagi ujian nasional, deg-degan juga sih, takut gak lulus…makanya akhir-akhir ini harus lebih banyak belajar lagi, doain ya ka,” sambil tersenyum simpul ia katakana itu, karena ia memang ia sedikit pemalu.

Impiannya ingin menjadi guru Matematika, karena ia sangat senang pelajaran tersebut, setiap kali ia mengerjakan soal-soal sulit, ia tertantang untuk dapat menyelesaikan soal tersebut. Tak berbeda pada umumnya, usai menyelesaikan sekolah ia ingin sekali melanjutkan ke Perguruan Tinggi untuk mewujudkan impiannya. “Pengennya nanti aku kuliah sambil kerja, biar gak nyusain orang tua,” cerita remaja yang gemar bermain puzzle ini.

Meisin tercatat sebagai penerima beasiswa program Bina ABG PDHI sejak Juli 2009 lalu, setiap bantuan yang diterimanya ia gunakan untuk memenuhi sebagian keperluan sekolah, mulai dari buku, biaya fotocopy dan lainnya. Meski dirasa belum dapat membantu biaya sekolah sepenuhnya, namun ia selalu bersyukur atas apa yang ia peroleh. Selain memberikan beasiswa kepada para pelajar, program Bina ABG pun melakukan pembinaan secara rutin setiap dua pekan sekali, yakni tahsin dan Islamic mentoring serta beberaapa program pendukung lainnya seperti kajian keislaman, motivation training, leadership training dan kewirausahaan.

Meisin hanya sebagian kecil gambaran kehidupan…

Terlahir dari keluarga sederhana, justru membuatnya dapat memaknai arti kehidupan yang harus dilalui dengan jerih payah dan kerja keras. Memiliki Ibu penjual jamu keliling dan ayah sebagai pedagang mie ayam bukanlah hal yang harus disesali…

Tak ada keluh, bahkan memang tak seharusnya mengeluh…
Bersyukur dan bersyukur adalah sebuah kunci kebahagiaan…

*(batt)*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar